Categories
Artikel

Sustainable Cities And Communities (Kota dan Komunitas Berkelanjutan)

Peningkatan arus urbanisasi melahirkan masalah baru bagi daerah urban atau perkotaan. Mulai dari sampah, edukasi, transpotasi, sosial ekonomi, bencana, dan kesehatan. Di sisi lain, masyarakat yang semakin modern dan mapan, memiliki segudang ekspektasi, seperti lingkungan tempat tinggal dan pekerjaan yang nyaman, adanya area publik yang memadai, serta kemudahan mengurus segala bentuk pelayanan publik (Abdurrozaq & Oris, 2019).

Tujuan 11 SDGs adalah menjadikan kota dan pemukiman inklusif, aman, tangguh dan berkelanjutan. Untuk mencapai tujuan kota dan permukiman yang berkelanjutan pada tahun 2030, melalui Rencana Aksi Nasional Tujuan Pembangunan Berkelanjutan ditetapkan 10 target nasional. Target-target tersebut antara lain meliputi pembangunan kota yang terpadu, infrastruktur dan pelayanan perkotaan serta risiko bencana, dan perubahan iklim di perkotaan.

Mengacu pada konsep pembangunan berkelanjutan, konsep smart city telah dipahami sebagai sesuatu yang mampu meningkatkan kualitas hidup dengan menggunakan informasi perkotaan dan teknologi untuk meningkatkan layanan dan memenuhi kebutuhan warga.

Beberapa kota yang telah mengaplikasikan konsep smart city di Indonesia yaitu :

1.    Jakarta
Jakarta Smart City adalah pengaplikasian konsep smart city dengan mengopitmalkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sehingga dapat memaksimalkan pelayanan publik dan mendukung pembangunan yang berkelanjutan. Salah satu konsep Jakarta Smart City yaitu Smart Environment untuk mengatasi masalah menahun seperti banjir, pemukiman kumuh, dan sampah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Untuk mengatasi banjir pemerintah melakukan normalisasi sungai, salah satu upayanya dengan memindahkan pemukiman penduduk di daerah aliran sungai serta menyediakan hunian yang layak dengan mendirikan rumah susun. Bus way yang menggunakan tenaga listrik dan mobil berbahan bakar gas yang ramah lingkungan.

2.    Bandung
Kota Bandung merupakan kota yang unggul dalam penerapan smart city dan telah menerima baberapa kali penghargaan internasional, salah satunya adalah sebagai pemenang ajang Smart City Award 2015 yang diadakan oleh majalan Asis’s Tech Ecosystem. Penerapan smart city di Kota Bandung yaitu dengan didirikannya Bandung Command Center (BCC) yaitu pusat kendali Kota Bandung yang didukung dengan beberapa fasilitas seperti Global Positioning System (GPS) TrackingClosed Circuit Television (CCTV) yang dipasang di daerah rawan pelanggaran lalu lintas, kriminalitas dan bencana.

3.    Makassar
Konsep smart city yang mampu memantau kemacetan dan sistem pembayaran parkir online yang sudah on the track. Selain itu terdapat pula smart card yang bisa digunakan untuk kepentingan dalam urusan sistem pemerintahan dan pembayaran.

4.    Surabaya
Pada tahun 2011, Kota Surabaya pernah mendapatkan penghargaan nasional di ajang Smart City Award dalam 3 (tiga) kategori yaitu Smart Governance, Smart Living dan Smart Environment. Salah satunya adalah Kota Surabaya telah menerapkan sistem peringatan dini bencana (early warning system), sistem pengolahan sampah berbasis Teknologi Informasi, dan sistem monitoring air berbasis Teknologi Informasi.

5.    Semarang
Sistem informasi perencanaan daerah, informasi monitoring evaluasi, pelaporan warga online terintegrasi, aplikasi CCTV publik, sampai sistem perizinan bangunan yang dapat diurus tanpa perlu datang ke kantor pemerintah.

6.    Yogyakarta
Menggunakan  sistem kelistrikan melalui smart grid akan mengatur penggunaan pembangkit listrik dengan Energi Baru Terbarukan (EBT) dan energi fosil. Pembangkit tersebut perlu diatur karena tidak selamanya EBT bisa terus beroperasi, perlu disangga pembangkit fosil. Selain itu, di sisi pelanggan melalui smart grid juga bisa mengatur menggunakan listrik secara otomatis sesuai dengan kebutuhan, sehingga bisa tercipta penghematan

7.    Denpasar Damamaya Denpasar Cyber Monitor dengan berbagai aplikasi smart city disinergikan dalam satu ruangan. Meliputi bencana dengan nomor telepon gawatdarurat 112, pemantauan banjir, ATCS, Pengaduan Rakyat Online (Pro) Denpasar, Geografik Informasi System, dan E-Sewaka Dharma.

Penerapan smart city dapat dilakukan pada suatu kota dengan melihat segala potensi yang dimiliki oleh daerah atau kota sehingga dalam pengimplementasiannya dapat berjalan dengan lancar dan sukses.

Mitra Hijau Indonesia – Konsultan Lingkungan Hidup Surabaya

Categories
Artikel

Kadal Taman Vs Bunglon Surai

Jika mendengar kata ‘bunglon’, maka pikiran kita akan flashback sejenak ke masa kecil di mana guru Sekolah Dasar atau orang tua menceritakan kemampuan bunglon merubah warna kulitnya sesuai dengan lingkungan sekitar. Bunglon atau bunglon surai biasanya ditemukan di dahan pohon atau di antara dedaunan. Dulu bunglon surai merupakan hewan yang cukup mudah ditemukan di taman rumah atau semak-semak. Namun pernahkah kalian sadari bahwa saat ini keberadaan bunglon mulai sulit ditemukan?

Bunglon surai yang memiliki nama latin Bronchocela jubata merupakan spesies asli Indonesia yang mendiami Pulau Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi. Namun penelitian juga menemukan sebaran bunglon surai hingga ke Filipina dan Thailand. Jika disadari, saat ini keberadaan bunglon surai sudah mulai tergantikan oleh kadal taman (Calotes versicolor) yang memiliki warna tubuh kecokelatan hingga keabu-abuan. Kadal taman dalam bahasa asing disebut garden lizard. Meskipun termasuk lizard, kadal taman memiliki kemampuan untuk merubah warna tubuhnya seperti bunglon. Perubahan warna kulit ini dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Selain itu perubahan warna juga akan dijumpai ketika individu jantan memasuki masa kawin dengan kepala berwarna oranye dan tenggorokan yang berwarna hitam.

Belum ada sumber pasti yang menunjukkan daerah asal dari kadal taman, namun persebarannya sangat luas di Asia dari Iran ke Afghanistan, Pakistan, Nepal, Bhutan, India, Sri Lanka, Bangladesh, Burma, Thailand, Malaysia bagian barat, Vietnam, Kamboja, China bagian selatan, hingga Pulau Sumatra. Hasil survei mandiri di beberapa wilayah Jawa bagian barat, tengah, dan timur juga ditemukan lebih banyak individu kadal taman daripada bunglon surai dalam satu waktu. Bahkan terkadang bunglon surai tidak ditemukan sama sekali. Diduga penyebaran awal dari kadal taman berasal dari ketidaksengajaan atau kesengajaan pedagang reptil yang melepas liarkan ke alam. Karena kemampuan beradaptasi yang bagus, kadal taman dapat sedikit demi sedikit terlihat menguasai semak dan pohon. Hal ini menjadikan kadal taman disebut sebagai ‘alien species’ karena sebagai spesies asing tiba-tiba berada di wilayah baru yang bukan aslinya dan memiliki potensi penyebaran di daerah tersebut.

Secara perilaku, kadal taman lebih agresif daripada bunglon dan juga memiliki daerah teritori. Ukuran kadal taman juga relatif sedikit lebih besar. Keduanya sama-sama menempati dahan tumbuhan dan memakan berbagai jenis serangga sehingga memungkinkan adanya persaingan. Selain memakan serangga, penelitian terkait kadal taman juga mengungkapkan jenis pakannya lebih bervariasi daripada bunglon karena dapat memakan moluska (hewan bertubuh lunak seperti siput), reptil lain, dan juga burung kecil. Bahkan individu dewasa terkadang memiliki perilaku kanibal dengan memakan individu yang lebih kecil. Dengan adanya perilaku-perilaku tersebut sangat memungkinkan untuk bunglon mencari tempat yang lebih aman dari pesaingnya. Mungkin saja bunglon surai dapat kembali ke daerah dengan jangkauan yang lebih terbatas seperti hutan. Ditakutkan keberadaan kadal taman yang invasif dapat menggerus spesies lokal yaitu bunglon surai.

Referensi:
Christy, M. T. & Kirkpatrick, W. 2021. “Indicative 10 Project National Resource Material – Oriental Garden Lizard (Calotes versicolor)”. Departement of Primary Industries and Regional Development – Government of Western Australia. .
https://www.agric.wa.gov.au/sites/gateway/files/Oriental%20garden%20lizard%20-%20National%20Resource%20Material.pdf .Diunduh pada 27 Juli 2021

Ecology Asia. 2021. “Changeable Lizard”. https://www.ecologyasia.com/verts/lizards/changeable_lizard.htm. Diakses pada 27 Juli 2021.

Ineich, I. & Hallermann, J. 2010. “Bronchocela jubata”. The IUCN Red List of Threatened Species 2010: e.T170378A6772283. http://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2010- 4.RLTS.T170378A6772283.en

Wisuda, A. 2018. “Inilas Alien yang Menginvasi Pulau Jawa”. https://www.mongabay.co.id/2018/05/20/inilah-alien-yang-menginvasi-pulau-jawa/. Diakses pada 17 Juli 2021.

Mitra Hijau Indonesia – Konsultan Lingkungan Hidup Surabaya

Categories
Artikel

LIFE BELOW WATER

Belum lama ini Indonesia mengikuti rencana aksi global Sustainable Development Goals (SDG) yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan, mengurangi kesenjangan, dan melindungi lingkungan. Salah satu dari 17 tujuan yang dicanangkan adalah Life Below Water (Menjaga Ekosistem Laut). Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki wisata maritim melimpah tentu harus fokus terhadap hal ini.   Sayangnya, pemanfaatan SDA sebagai tempat wisata maritim tidak didampingi dengan pengelolaan sampah yang baik. Banyak lokasi maritim yang awalnya memiliki pemandangan indah dan ekosistem baik menjadi rusak setelah beberapa tahun menjadi tempat wisata. Tidak hanya dari faktor pengunjung saja, namun kurangnya kepedulian masyarakat sekitar dengan alam juga menjadi penyebab sulitnya mengatasi masalah ini. Padahal, sampah plastik merupakan komponen terbesar dalam pencemaran lingkungan baik di tanah maupun laut. Apalagi dihadapkan pada situasi sosial-ekonomi masyarakat yang seakan melekat dengan ketergantungannya terhadap plastik pada aktivitas sehari-hari. Bicara mengenai dampak sampah plastik di laut, tentu banyak sekali ancaman terhadap ekosistem bahari, kesehatan manusia, hingga ekonomi diantaranya:

1.   Merusak keseimbangan nutrien di laut
2.   Membahayakan keselamatan hewan
3.   Merusak terumbu karang
4.   Mengurangi populasi fitoplankton
5.   Berbahaya bagi kesehatan manusia
6.   Berdampak buruk bagi perekonomian

Presiden Joko Widodo telah mengeluarkan kebijakan Peraturan Presiden nomor 83 tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut. Di dalamnya, terdapat Rencana Aksi Nasional (RAN) penanganan sampah plastik di laut pada 2018-2025. Targetnya, sampah plastik di laut tereduksi hingga 70 persen pada 2025. Salah satu upayanya adalah dengan mengaktifkan Kemitraan Aksi Plastik Nasional (National Plastik Action Partnership). Kemitraan tersebut menjadi yang pertama di dunia dan menegaskan bahwa Indonesia berkomitmen untuk mengurangi produksi sampah plastik.

Berita baiknya, sejak tahun lalu memang sudah banyak aksi yang dilakukan untuk mengurangi penggunaan plastik yang dilakukan oleh berbagai lapisan masyarakat. Contohnya adalah :

1.   Penggunaan reusable bag
2.   Pemberhentian penggunaan sedotan plastik
3.   Reusable glass atau menggunakan botol minum sendiri saat membeli minuman
4.   Melakukan pembersihan di pantai maupun di laut dengan menyelam
5.   Edukasi dan sosialisasi khususnya masyarakat pesisir akan pentingnya menjaga kebersihan laut. Sosialisasi ini sangat penting karena mereka bertindak sebagai komponen pertama yang bersentuhan secara langsung dengan laut

Dengan langkah baik yang kita lakukan bersama, tentu kita semua berharap nantinya aksi ini dapat memberikan hasil yang baik khususnya bagi kebaikan ekosistem laut Indonesia.

Mitra Hijau Indonesia – Konsultan Lingkungan Hidup Surabaya